Kertas rangkuman digunakan untuk menyontek
Mona terlihat tekun belajar. Dia sedang menyalin tulisan di
selembar kertas.
"Ahai, selesai juga nih. Tinggal ngapalin aja,"
gumamnya sendiri.
Mona sedang mempersiapkan diri untuk ulangan biologi besok
pagi. Si bintang kelas ini memiliki trik belajar yaitu merangkum materi di
selembar kertas hingga kertas itu yang menjadi acuan Mona untuk menghapal
materi pelajaran. Baginya, dengan selembar kertas, dia akan leluasa belajar
dimanapun daripada membawa buku paket. Sore ini, Mona telah mempersiapkan diri
untuk ulangan biologi besok.
Bel tanda masuk berbunyi. Seluruh siswa telah masuk ke kelas
masing-masing. Di ruang kelas 8A, semua siswa telah duduk di posisi
masing-masing. Hanya ada tiga bangku yang masih kosong, dan dua bangku tersisa
tidak ada yang duduk di barisan pojok belakang.
"Mana si Dafa," ucap Rio teman sebangkunya.
"Dafa enggak masuk yo?" tanya Sodri yang duduk di
belakang Rio.
"Mana gue tahu, emang gue ortunya," celetuk Rio
sewet.
"Biasa aja keles," timpal Sodri sinis, dan Rio pun
manyun. Mona yang berada di sebelah Rio tersenyum kecil.
"Kenapa Mon?" tanya Eti teman sebangkunya yang
merasa heran. Mona melirik ke Eti dan kembali tersenyum. Ekor mata Mona
menunjuk ke arah Sodri dan Rio. Eti mengerti maksud Mona hingga dia tertawa
kecil.
"Hahhahhaahah, loe bener Mon, lucu ya muka Rio dan
Sodri," jawab Eti sambil menutup mulutnya karena Pak Adi masuk.
"Selamat pagi anak-anak," sapa bapak bertubuh subur
ini.
"Pagi Pak," serempak seluruh siswa menjawab. Pak
Adi duduk menaruh tasnya di atas meja.
"Keluarkan kertas ulangan kalian, kita mulai ulangan
sekarang," kata Pak Adi sambil mengambil selembar kertas dari dalam
tasnya. Kasak kusuk seluruh siswa dengan gerutuan masing-masing membuat suasana
kelas sedikit riuh.
"Tenang anak-anak," Pak Adi berjalan menuju papan
tulis dan mengetukannya hingga suaranya mampu meredam keriuhan siswa yang mulai
tampak menegang. "Kalian semalam sudah belajar kan?" tanyanya menatap
seluruh isi kelas.
"Itu Dafa kemana," lanjut Pak Adi yang melihat
kursi Dafa masih kosong. Tak ada yang menjawab.
"Tidak ada yang tahu Dafa kemana," kembali Pak Adi
bertanya.
"Enggak tahu Pak," seru beberapa siswa.
"Baiklah, kertas ulangan sudah siap," Pak Adi
mengamati satu persatu siswa, dia berjalan mengelilingi kelas. "Ingat
jangan sekalipun berbuat curang, karena ada konsekuensinya bagi yang ketahuan
menyontek," sambung Pak Adi, guru bidang studi biologi ini memberikan
beberapa pesan sebelum dia mulai menyalin soal ulangan di papan tulis.
"Selamat mengerjakan, waktu kalian hanya dua jam
pelajaran berarti sekitar 70 menit lagi," Pak Adi kembali ke tempatnya
setelah selesai menyalin sepuluh soal dan menatap anak didiknya dengan senyum
semangat. Sebelum Pak Adi beranjak, tiba-tiba pintu diketuk lalu didorong, dan
masuklah Dafa dengan raut datar.
"Maaf Pak, tadi pas bel perut saya mulas banget jadi
baru selesai dari toiletnya, kalau Bapak enggak percaya tanya aja sama Mang
Dadang," jelas Dafa yang masih mengendong tas sekolahnya.
"Tapi kenapa tas kamu masih kamu bawa," tanya Pak
Adi heran menatap tas di punggung Dafa. Dafa mendesah.
"Oh ini," dia mengoyangkan bahunya. "Tadi
keburu enggak tahan banget Pak, jadinya saya langsung ke toilet aja deh,"
jawab Dafa sekenanya. Pak Adi menggeleng mendesah.
"Ya sudah, sana duduk dan kerjain soal ulangannya,"
perintah Pak Adi. Dafa tanpa menjawab, berjalan menuju ke tempat duduknya, dan
mempersiapkan kertas ulangan lalu konsentrasi mengerjakan soal yang tertera di
papan tulis.
Setengah jam telah berlalu, Pak Adi berdiri berjalan
mengelilingi kelas. Tiba-tiba langkahnya terhenti ketika melihat Dafa asyik
dengan selembar kertas di bawah kertas ulangannya. Tak menyadari kehadiran Pak
Adi, Dafa tetap fokus mengerjakan soal biologi. Baru ketika Pak Adi mendehem,
Dafa terperangah tersentak hingga kertasnya jatuh tepat di kaki Pak Adi. Guru
itu menunduk memungut kertas itu, dia membacanya sekilas lantas menatap Dafa.
Dafa yang ketahuan menyontek hanya tertunduk memainkan pulpenya. Tanpa berkata,
Pak Adi mengambil kertas ulangan Dafa yang tergeletak di atas meja.
"Silahkan keluar dan jam istirahat saya tunggu di
kantor," bentak Pak Adi yang memelototi Dafa. Seluruh siswa memperhatikan adegan
itu sampai Dafa keluar kelas dengan berjalan santai seolah tak bermasalah.
Suasana kelas sedikit riuh dengan ocehan beberapa anak yang mengomentari
kejadian ini. Pak Adi meredakan suasana dengan mengetuk penghapus di meja guru.
"Sudah, selesaikan ulangannya. Siapa yang sudah selesai
silahkan kumpulkan di depan," Pak Adi menatap ke arah Mona yang duduk di
barisan ketiga.
"Mona, jam istirahat kamu temui saya di ruang guru
bersama Dafa," ucapan Pak Adi membuat Mona tercenang menatap Pak Adi namun
dia tak berani bertanya. Mona hanya menangguk.
Mona telah duduk berdampingan dengan Dafa di ruang guru,
hatinya berdebar sedari tadi dia bertanya kenapa Pak Adi menyuruh menemuinya
bersama Dafa.
"Kan yang ketahuan menyontek Dafa, kenapa aku juga
dipanggil," Mona meremas jemarinya menunggu Pak Adi yang sedang menerima
telepon.
"Dafa, kenapa kamu lakukan itu," Pak Adi memulai
interogasi kedua siswa di hadapannya, Dafa tertunduk.
"Dafa, jawab," lanjut Pak Adi tegas membuat Dafa
mengangkat wajahnya.
"Semalam saya tidak belajar Pak," jawabnya. Pak Adi
tak melepas tatapannya.
"Kenapa?"
"Saya keasyikan main games Pak," jawab Dafa
menggigit bibir.
"Bagus, trus darimana kamu dapatkan kertas ini,"
Pak Adi memperlihatkan selembar kertas dengan tulisan Mona. Mona terbelalak
melihat kertas rangkuman pelajaran yang dibuatnya, dia menoleh ke Dafa dan
menyadari kenapa Pak Adi memanggilnya.
"Pas Mona lagi ngobrol di halaman kelas sama Eti dan
Sisil, kertas itu jatuh, karena Mona tak menyadarinya ya saya ambil,"
jawab Dafa.
"Trus kamu gunakan kertas itu untuk menyontek,"
timpal Pak Adi.
"Iya Pak, setelah saya mengambil lalu membacanya
ternyata itu rangkuman materi. Ya sudah saya pura-pura ke toilet menghabiskan
waktu sejenak baru lah saya masuk kelas," jelas Dafa kembali.
"Kenapa mesti nunggu sampai pelajaran dimulai,"
tanya Pak Adi.
"Supaya Mona tak menyadari kertasnya hilang Pak,"
jawab Dafa. Pak Adi menjatuhkan punggungnya kesandaran sofa, mendesah.
"Berarti kamu tahu kan resikonya menyontek," Pak
Adi menatap Dafa tegas.
"Iya Pak," singkat Dafa menjawab.
"Nah, untuk kamu Mona," Pak Adi mengubah posisi
duduknya menatap Mona. Mona diam menunggu kelanjutan ucapan Pak Adi.
"Cara kamu belajar itu memang sangat baik, namun segala
sesuatu itu pasti ada resikonya. Nah, contohnya seperti kasus ini," bola
mata Pak Adi melirik ke Dafa.
"Jadi mulai sekarang kertas itu tolong jangan pernah
kamu bawa ke sekolah, cukup untuk kamu belajar di rumah," lanjut Pak Adi.
"Iya Pak," Mona tertunduk menjawab.
"Sekarang kamu ngerti kenapa Bapak memanggil kamu,"
Pak Adi menatap Mona yang menggigit bibir dan menangguk.
"Kalau begitu silahkan kamu kembali ke kelas dan ingat
jangan bawa ke sekolah kertas rangkuman yang kamu buat," lanjut Pak Adi.
"Baik Pak," Mona segera berdiri.
"Mona ijin ke kelas ya Pak," santun dia pamit. Pak
Adi mengangguk. Kini tinggal Pak Adi bersama Dafa yang masih duduk berhadapan.
"Nah sekarang
kamu kerjain soal ulangan ini lagi," Pak Adi menyerahkandua lembar kertas
dimana satu kertas adalah sepuluh soal biologi dan selembar lagi adalah kertas
ulangan. Dafa menerimanya, dengan raut kusut akhirnya dia mengerjakan soal
ulangan itu.