BAB 19. Sebuah Rahasia
"Apa ya?... Ara punya kakak..." Zahra terpekik
kaget saat Pak Wahyu selesai berbicara dan menutup telepon. Pak Wahyu
tersenyum, "Duduk disiko disabalah ayah Ra." "Kau lagi mendengar
kata-kata ayah di telepon tadi?" ujar Pak Wahyu tersenyum menarik nafas. Zahra
mengangguk pasti. "Baiklah. Ayah akan menceritakan satu rahasia," Pak
Wahyu meraih gelas di hadapannya, meneguk hingga habis. Perlahan, dengan suara
datar, Pak Wahyu menceritakan kisah masa lalu.
"Sewaktu ibu melahirkan anak pertama yang berjenis kelamin
laki-laki. Uda mu meninggal saat menjalani pengobatan karena dia mengalami
kelainan jantung dan hanya bertahan satu minggu. Keluarga mengikhlaskan
kenyataan ini, namun saat menjalani tes, ternyata hasil tes medis menunjukkan
adanya perbedaan DNA antara bayi itu dengan ayah dan ibu," Pak Wahyu
bercerita sambil menatap menerawang jauh ke masa lalu. "Usut punya usut,
ternyata ada kesalahan tertukar saat menandai bayi di ruang rawat bayi. Pihak
rumah sakit dan dibantu kepolisian telah melacak para pasien yang melahirkan
pada waktu yang sama dengan ibu, namun entah mengapa ayah tidak pernah diberi
perkembangan lebih lanjut hingga dua tahun kemudian ibu melahirkan kamu,"
sambung Pak Wahyu. "Kasus tertukar bayi itu seolah selesai tanpa ada
penjelasannya," Pak Wahyu berhenti bercerita, matanya dipejamkan sambil
menggelengkan kepala.
"Satu rahasia yang paling menyakitkan adalah ibu tidak
mengetahui persoalan ini, ayah dan seluruh keluarga sengaja menutupi kasus ini
dari ibu karena kondisi ibu pun tidak stabil sejak melahirkan Uda mu," Pak
Wahyu menarik nafas dalam seolah memberi udara di rongga dadanya. "Saat
ibu dinyatakan hamil lagi, inilah sebuah keajaiban karena virus ibu sudah
menjalar nyaris seluruh tubuh," Pak Wahyu mulai menahan tangisnya
mengenang almarhum istrinya. Zahra sejak tadi diam mematung mendengar cerita
ayahnya, perlahan gadis ini duduk mendekat ayahnya.
"Tiba waktu persalinan, ibu berpesan apabila dokter
suruh memilih ibu atau bayi yang akan diselamatkan, maka pilihlah anak yang
harus diperjuangkan," Pak Wahyu meneruskan ceritanya sambil membelai
kepala Zahra. "Beruntung ibu dan kamu bisa selamat keduanya, takdir tak
bisa ditampik, selang setahun kemudian ALLAH memanggil ibumu," sambung Pak
Wahyu meraih bahu putrinya. Pak Wahyu memaparkan semua kisahnya, "Sampai
lima belas tahun kemudian, pihak rumah sakit memberikan informasi bahwa ada
seorang anak laki-laki yang mencari keberadaan orang tua kandungnya. Anak itu
lahir persis dengan tanggal kelahiran Uda mu. Sayang, setelah ayah ke rumah sakit,
anak itu tak bisa dihubungi lagi, seolah ayah kehilangan informasi lagi,"
Pak Wahyu meneruskan ceritanya. "Dua bulan yang lalu, Paketek Idris
mengabarkan bahwa anak laki-laki itu ada di Jakarta dan sedang mencari
ayah," sambung Pak Wahyu menatap Zahra. Kedua anak bapak ini terdiam dalam
kesunyian, Zahra tak menyangka bahwa sebenarnya dia memiliki seorang kakak.
"Kita harus
menyelesaikan persoalan ini secepatnya," sambung Pak Wahyu. "Semoga
ALLAH mengijinkan kita mengetahui kebenaran ini," tambah Pak Wahyu. Zahra
memeluk ayahnya sesaat, kemudian melepaskan kembali sambil menatap ayahnya
tersenyum mengangguk.
Bersambung………
Posting Komentar