Sebuah kepastian
Puisi
ini adalah gambaran dari sebuah hati yang kecewa, namun secercah harapan itu
akan menguatkan hatinya dalam sebuah kepastian.
Di
ujung senja, masih kugantungkan sebuah harapan. Harapan yang entah kapan bisa
menjadi sebuah kenyataan. Kenyataan yang saat ini kurasakan hanyalah sebuah
kesunyian. Kesunyian yang mengukungku dalam penjara ketidakpastian.
Dulu
kau dekati aku, kau buai aku dalam rangkulan cintamu. Dulu kau peluk aku dalam
sebuah rayuan yang membiusku untuk sebuah impian. Kini semuanya sirna, ketika
sebuah hati memercikkan cinta dalam sanubarimu. Kini kau pergi, tinggalkan daku
yang tengah mabuk asmara yang selalu kau sulutkan dari sihir kasihmu.
Apakah
ini yang dinamakan sebuah kecewa, ataukah hanya diriku saja yang terlalu bodoh?
Ya, memang aku adalah manusia bodoh karena terlalu mencintaimu. Ya, aku adalah
manusia dungu yang rela mengikat hati dengan pecundang seperti dirimu.
Beruntung,
petir itu telah menyambar hatiku yang terbius gombalnya semua janji manismu.
Beruntung, tsunami itu telah menenggelamkan ragaku yang membisu akan kepalsuan
cintamu. Hingga tangan lembut sang peri kini telah mencuci diriku untuk menjadi
manusia yang baru, terlahir kembali. Sekarang hanya satu yang kumau, aku ingin
mengisi hatiku dengan sebuah kepastian.
Pasti
aku akan bahagia. Pasti aku akan mendapatkan kekasih yang sepenuhnya
mencintaiku. Pasti aku akan bisa menghabiskan sisa usiaku dalam rangkulan cinta
yang semestinya. Pasti, pasti, dan akan selalu kupastikan bahwa bahagia itu
akan kugenggam bersama belahan jiwaku dalam sebuah kesetiaan.
Posting Komentar