BAB 4. Pulang Bareng
"Kenapa motornya, Pak?" tanya Zahra ketika sampai
di parkiran motor dan melihat Pak Galih sedang mengutak-atik motornya.
"Ngga tahu nih, Bu. Ngapain coba dia ngambek,"
jawab Galih sambil terus mencoba menghidupkan sepeda motornya.
"Ibu tinggal dimana?" tanya Galih.
"Tegal Parang, Mampang, Pak," jawab Zahra.
"Bu Ara, boleh ngga saya numpang kan arah rumah kita
sama?" Galih berkata sambil berdiri dengan putus asa.
"Emang Bapak tinggal dimana? Terus nanti motor Bapak
gimana?" jawab Zahra kaget mendengar permintaan Galih.
"Di Pasar Ariyat," Bu Galih menatap Zahra memohon.
"Saya ada acara jam lima sore, Bu, biar aja nanti malam saya baru
ambil," jelas Galih.
Zahra tak mampu berkata, hanya memberikan anak kunci motornya
pada Galih. Galih menerima anak kunci itu dengan senyuman termanisnya.
Galih menghidupkan motor dan menatap Zahra seakan
menyuruhnya. Dia naik, pelan, Zahra menarik nafas kesal bingung terpaksa dia
naik di belakang. Meluncurlah Honda Vario yang di naiki mereka berdua,
sepanjang jalan Galih mengajak ngobrol Zahra, namun Zahra hanya menimpali
sesekali saja. "Kok kenapa kejadiannya jadi kaya gini," batin Zahra.
Perasaan Zahra tak karuan, sepanjang jalan dia benar-benar tak menyangka bisa
pulang bareng dengan laki-laki yang tadi pagi telah membuatnya kesal.
Galih menghentikan motor saat tiba di pertigaan jalan.
"Rumah Ibu masih lurus kan?" tanya Galih.
"Iya, tapi kita ke rumah Bapak saja dulu, biar nanti
saya pulang sendiri," timpal Zahra cepat, karena dia tak ingin Galih tahu
dimana rumahnya.
"Ngga usah Bu, saya turun di sini aja, tinggal jalan
kaki sedikit aja," jawab Galih, turun dari motor, dan tak berapa lama
kemudian motor telah berpindah tangan ke Zahra. "Terima kasih Bu
Zahra," Galih berkata sambil tak lupa melempar senyum manisnya. Zahra
menjawab dengan anggukan dan langsung pergi meneruskan perjalanan ke rumahnya.
Bersambung….
Posting Komentar