BAB 14. Pirasat Apa ini?

Table of Contents

PRAK... "Astaghfirullah," pekik Zahra kaget saat tiba-tiba gelas yang dipegangnya meluncur dan pecah. Buru-buru Zahra membereskan beling pecahan gelas. Selesai, dia melangkah ke halaman namun lagi-lagi dia terkejut sebab ada cicak jatuh di hadapannya, "Innalillahi.... AYAH..." Zahra berteriak kaget membuat Pak Wahyu keluar dari kamarnya. "Ado apo ra?" tanya Pak Wahyu melihat putrinya yang diam berdiri mematung. Zahra tak menjawab, akhirnya Pak Wahyu menepuk bahu Zahra. "Ayah," loncat gadis ini kaget dan spontan memeluk ayahnya. "Apo yang tajadi?" jawab Pak Wahyu sambil dengan lembut melepas pelukan Zahra dan menggandengnya menuntun ke sofa. Zahra masih diam terkesima dua kejadian yang membuatnya kaget. "Ada apa ya, Yah, kok ara dapat prasat ngga enak," ujarnya setelah sedikit tenang dan berhasil menceritakan isi kepalanya. Pak Wahyu tersenyum menenangkan putrinya. "Onde mande... Itu cuma cicak jatuh dan gelas pecah, mungkin karena licin. Jangan diambil jadi hati, tidak ada mitos," tutur Pak Wahyu. "Basarah diri kapado tuhan nan kuaso," tambahnya dalam kata-kata petuah Minangkabau-nya. Zahra tersenyum kecil namun pikirannya melanglang buana menerka ada apa ya, apakah ini sebuah prasangka. Obrolan anak bapak ini terputus manakala ponsel Zahra berbunyi, diambilnya dan dilihat nama yang tertera di layar monitor. Zahra mengangkatnya dan ternyata Dafa sudah ada di ujung jalan dekat rumahnya. Zahra berdiri dan melangkah ke pintu depan serta langsung membukakan gerbang. Dari kejauhan dia melihat mobil Dafa yang lambat laun berjalan mendekati berhenti di depan rumah. "Assalamu'alaikum," salam Dafa setelah memarkirkan mobilnya lantas turun dan mendekat melangkah ke hadapan Zahra. "Wa'alaikum salam," Zahra menjawab salam. "Masuk yuk, Fa," dia menyuruh Dafa masuk ke rumah. "Pak, saya minta izin untuk mengajak Zahra keluar sebentar," pinta Dafa setelah berbincang bersama Pak Wahyu. "Iya, silahkan," Pak Wahyu memberi izin. "Terima kasih, Pak," ucap Dafa senang bisa mengajak Zahra dan setelah berpamitan keduanya pergi meninggalkan rumah. "Mau kemana kita, Fa?" tanya Zahra ketika telah duduk di dalam mobil yang meluncur di jalanan. "Bolehkan kalau aku kasih kejutan," jawab Dafa singkat dengan raut muka serius namun senyum menggoda melengkapi jawabannya. Zahra balik tersenyum namun dia memasang raut kecewa penasaran, tapi dia tetap menikmati kebersamaan dengan calon suaminya. "Awas, Fa," jerit Zahra dan dibarengi Dafa yang menginjak rem dengan cepat, melintas seekor kucing saat mobil mereka lewat. "Alhamdulillah," keduanya bersama mengucap sambil menarik nafas lega. "Maaf ya, Ra," Dafa menoleh ke Zahra yang pucat terdiam kaget. Zahra tak menjawab, hanya senyum yang mengisyaratkan jawabannya, perang batin menggelora di hati Zahra. "Ada apa sebenarnya yang akan terjadi," dia terus mengerutu dengan batin dan hatinya, bahkan ucapan Dafa pun tak didengarnya.

 

 

Bersambung…….


Rina Indrawati
Rina Indrawati Rina Indrawati, seorang ibu rumah tangga yang menjadikan menulis sebagai terapi jiwa. Ada kebahagiaan tak terhingga yang dirasakannya setiap kali berhasil merangkai kata menjadi sebuah tulisan. Kebahagiaan itu pula yang mengantarkannya melahirkan dua buku solo: Rajutan Awan (2021) dan novel fiksi Rana Jelita (2024). Pengalamannya juga diperkaya dengan keikutsertaan dalam berbagai event antologi. Saat ini, Rina sedang fokus mengembangkan tulisannya di situs literasi rajutanaksara.com. Ingin mengenal Rina lebih dekat? Jangan ragu untuk menghubunginya: Ponsel: 08118411692 Instagram: rinaindrawati16 TikTok: rinaindrawati6

Posting Komentar