Antara aku, kamu dan dia bagian 4
Mila
yang sedang mengoreksi kertas jawaban siswanya tersentak karena dia menyadari
sesuatu. "Masya Allah, hari ini kan Zalfa mau balik ke Soloe," oceh
Mila sendiri saat dia menyadari situasi ini. Mila segera menelpon Zalfa.
"Assalamu'alaikum," sapa Mila yang berbicara dengan Zalfa di telepon.
"Wa'alaikumsalam,
hai La," jawab Zalfa. "Maaf ya, gue nggak sempat nemuin loe. Kerjaan gue
numpuk nih, maklum lagi masa ulangan nih," kata Mila menjelaskan.
"Santai
Bu, gue ngerti kok, kan teman gue ini adalah ibu guru teladan," ucap
Zalfa. "Oh... eh, insya Allah gue usahain deh bulan depan gue ke Soloe pas
lamaran loe," kata Mila.
"Benar
ya, gue tunggu nih," jawab Zalfa. Obrolan lain pun mereka lanjutkan selama
lebih dari sepuluh menit hingga akhirnya percakapan via ponsel pun berakhir
karena orang tua Zalfa menelpon hingga Zalfa meminta mengakhiri obrolannya.
Niat
Mila ke Soloe telah bulat, ijin dari orang tua telah dikantongi serta cuti
mengajar telah disetujui. Kesibukan Mila selain menjadi guru di sebuah SLTP
swasta, dia juga mengajar privat di beberapa rumah siswa. Kesibukan ini membuat
Mila lupa membeli tiket kereta api. "Innalillahi. Kok aku belum pesan
tiket kereta ya, gimana nih," gerutu Mila sendiri. Diambilnya ponsel, mulailah
Mila memesan tiket secara online namun tiket kereta Jakarta-Soloe telah habis.
"Yah, kenapa habis, trus gimana nih," omelnya sendiri.
"Coba
aku cari di call center deh," jari tangannya menekan nomor yang dituju,
nada sambung terdengar tak lama kemudian. "Selamat sore, dengan Keyla, ada
yang bisa dibantu?" suara wanita membuka percakapan. Mila menjawab dan
menjelaskan bahwa dia ingin membeli tiket kereta api dari Jakarta ke Soloe
untuk tanggal 15 Juni. Petugas membantu mencari data namun di tanggal itu semua
tiket telah habis terjual. Mila bertanya lagi untuk tanggal 16 Juni, namun
tetap tiket telah habis terjual. Sedikit putus asa, Mila bertanya lagi untuk
tanggal 17 Juni, tetap sama jawabannya bahwa semua tiket telah habis terjual.
Dengan mengucap terima kasih, Mila mengakhiri percakapannya dengan petugas call
center PT KAI. Ditarik nafas panjang, Mila memejamkan mata. "Yah gimana
nih, semua tiket kereta dah habis lagi, trus aku ke Soloe nya gimana,"
gerutu Mila.
"Kalau
naik pesawat?" pikir Mila. "Kira-kira ada yang jemput nggak ya, kan
lumayan jarak bandara ke rumah Zalfa," oceh Mila sendiri. "Atau
terpaksa naik bus... Ah... kalau terpaksa naik bus, BT amat deh... dan aku
nggak berani, jujur aja," diusap mukanya berkali-kali dengan sebelah
telapak tangannya. "Iiihhhh... sebel, kenapa mesti lupa sih beli tiket
dari jauh-jauh hari," kesal Mila menepuk bantal. "Ah, mending telpon
Zalfa aja," ide itu pun muncul. Diambilnya ponsel yang tergeletak di sisi
kanan, langsung Mila mencari nama Zalfa dan segera menghubunginya.
"Assalamu'alaikum,"
Mila berkata setelah sesaat mendengar nada sambung terhenti.
"Wa'alaikumsalam," jawab Zalfa riang. "Hai Bu Guru Cantik, apa
kabar nih," ucap Zalfa. "Pasti mau ngabarin bahwa minta dijemput di
stasiun," sambung Zalfa semangat. "Iihh kapan gue ngomong nya, dari
tadi loe nyerocos aja," jawab Mila sedikit judes, tertawa keduanya riang.
"Fa,
gimana nih gue dah nyari tiket kereta tapi dah ga ada padahal gue dah ngambil
cuti dan dah diijinin sama ortu," jelas Mila. "Kalau naik bus,
rasanya gue ga nyaman, kan loe tahu, gue belum pernah naik bus untuk jarak
jauh," sambung Mila. "Kalaupun boleh memilih, lebih baik gue mending
naik pesawat terbang, tapi apa ada yang mau jemput gue," tambahnya lagi.
Zalfa tertawa kecil mendengar cerita Mila. "Alhamdulillah... seneng banget
deh, loe bisa datang," ucap Zalfa riang.
"Iihh,
jangan seneng dulu, trus gimana masalah gue, loe ada ide nggak," bantah
Mila kesal, tawa Zalfa kembali terdengar. "Iya Bu, thanks Fa loe dah
bela-belain, pake ambil cuti lagi," jawab Zalfa yang mulai serius.
"Iya, trus gimana," jawab Mila. "Iya. Iya. Iya," kata Zalfa
kembali tertawa kecil. "Gimana kalau loe bareng aja sama Lisa dan Qori
karena rencananya mereka mau nyusul ke Soloe dan mereka naik mobil
sendiri," jelas Zalfa memberi saran. Mila setuju dengan ide Zalfa.
"Wah, boleh juga tuh," jawab Zalfa bangga.
"Yah,
loe bilang aja dari kemarin supaya gue bareng mereka, kan jadinya gue ngga
pusing nyari tiket," kata Mila. "Mana tadi gue bawel lagi nanya ke
petugas KAI nya," sambung Mila, tertawa, Zalfa pun ikut tertawa.
"Hahahahahhhaahaha... emang loe bawel la," jawab Zalfa mengoda,
kembali keduanya tertawa lepas. "Oke deh, kalau begitu gue setuju, nanti
gue telpon Lisa aja sendiri. Thanks ya Fa untuk idenya," kata Mila lagi.
"Nah,
akhirnya ada juga ya penyelesaiannya, bener ya La, loe gue tunggu di rumah,
pokoknya seneng banget gue, loe bisa sampai di Soloe, apalagi pas acara loe,
ada temani gue," ucap Mila. Mila juga ingin sekali ke rumah Zalfa sekalian
jalan-jalan berlibur. "Iya Bu, gue juga pengen sekalian liburan nih,
jadinya tunggu gue di Soloe ya." Meski kehabisan tiket kereta api, tapi
Mila bersyukur bisa pergi ke rumah Zalfa bersama Lisa dan Qori naik mobil
pribadi.
"Ahay...
jadi juga aku liburan nih," sorak Mila girang setelah menutup telponnya
dengan Zalfa. "Sekarang tinggal telpon Lisa deh," ocehnya sendiri.
Lantas Mila memainkan jarinya mencari nama Lisa di daftar kontak ponselnya.
"Assalamu'alaikum,"
Mila mengucap salam membuka obrolan di telepon dengan Lisa, sepupu nya Zalfa.
"Wa'alaikumsalam. Eh, Mba Mila, apa kabar?" jawab Lisa.
"Alhamdulillah baik, kamu apa kabar, Lis?" Mila kembali berkata.
"Alhamdulillah,
Lisa sehat, Mba. Eh, kata Mba Zalfa, Mba Mila mau ikut ke Soloe bareng aku
ya," Lisa bertanya. "Iya nih, makanya aku telpon kamu buat nanya mau
jalan kapan," Mila menyaut.
"Insya
Allah, hari Minggu jam delapan pagi, Mba Mila bisa kan?" Lisa bertanya
kembali. "Insya Allah bisa, Lis. Yah udah, sampe ketemu hari Minggu ya,
nanti aku ke rumah kamu sebelum jam delapan," Mila menyanggupi.
"Siap,
Mba. Lisa tunggu ya," balas Lisa. Percakapan di telepon pun berakhir
setelah Mila mengucapkan terimakasih serta bersalam.
"Yes,
hiling kita ke Soloe," Mila bersorak riang meloempat kecil bergaya di
depan cermin, tersenyum bahagia. Hari Sabtu, Mila diajak ibu pergi ke rumah
Tante Dwi, dan pulangnya agak malam. Untuk itu, Mila baru bisa tidur jam 12
malam. Entah kenapa malam ini Mila sulit tidur, seolah pikirannya melayang ke
mana. Meski Mila berusaha untuk tidur, tetap saja sebentar-bentar Mila terjaga.
Mila baru benar-benar bisa terlelap tidur saat jam menunjukkan pukul 2.
Di
pagi harinya, ibu membangunkan Mila jam 05:00 untuk sholat subuh, tetapi karena
masih sangat mengantuk, Mila hanya mengerjakan sholat subuh saja. Mila berpikir
masih bisa tidur sejenak, baru bersiap-siap pergi ke rumah Lisa. Ibu mencari
Mila, kenapa tak ada suaranya, padahal sekarang sudah jam 06:35. Segera ibu
masuk ke kamar Mila, ternyata Mila masih tidur. Ibu membangunkan Mila.
"La, kamu jadi tidak ke Soloe, bangun, ini sudah siang, tidak enak kalau
Lisa nunggu kamu telat," kata ibu mengguncang-guncang kaki Mila. Mila
kaget. "Astagfirulloeh," dilihatnya jam dinding, lantas dia segera
melangkah ke kamar mandi.
"Eh,
hati-hati, jangan serabutan gitu, diam dulu baca doa bangun tidur, satuin nyawa
baru jalan," ibu berkata sambil merapikan tempat tidur Mila. "Iya,
Bu, Mila kesiangan nih," jawab Mila sambil jalan. Selesai merapikan diri,
Mila keluar dari dalam kamar, melangkah ke meja makan. "Bu, Mila sarapan
ya," katanya menarik kursi duduk, bersiap sarapan.
"Iya,
tuh udah, ibu buatin nasi goreng," jawab ibu. "Ibu juga udah buat
bekal nasi sama ayam goreng," sambung ibu yang ikut duduk disamping Mila.
Mila tersenyum, mengangguk sambil mengunyah makanan. "Ibu bawain
berapa?" tanya Mila sambil menyuap nasi goreng.
"Nasinya
empat bungkus, terus ayam gorengnya ada delapan potong sama sambal," jelas
ibu yang juga ikut sarapan. "Ibu buatin teh manis juga dua botol,"
tambah ibu, Mila hanya mengangguk-angguk. Mila meraih ponselnya dan menelpon
Lisa, nada sambung terdengar sebentar, lantas suara Lisa membuka obrolan.
"Assalamu'alaikum,
Mba Mila," "Wa'alaikumsalam, Lisa, maaf Mba telat nih," kata
Mila. "Ngantuk banget jadi tadi abis sholat subuh, eh ketiduran,"
sambung Mila tertawa kecil. "Iya Mba, nggak papa, santai aja kan kita bawa
mobil sendiri jadi bebas aja, asal jangan terlalu siang," ucap Lisa
menjelaskan.
"Oke
deh, sebentar lagi Mba jalan, abis nutup telpon mau pesan ojek online
aja," jawab Mila. Obrolan di telepon pun berakhir setelah keduanya saling
mengucap salam. Mila melanjutkan jemarinya bermain ponsel untuk memesan ojek
online.
"Sudah
kamu periksa benar-benar barang bawaannya?" tanya ibu menatap putrinya,
mengingatkan. "Insya Allah sudah Bu," jawab Mila masih terus bermain
ponsel untuk memesan ojek. "Nah Mila, sudah dapat nih Bu ojeknya, sepuluh
menit lagi sampe," kata Mila, berdiri merapikan piring, lantas melangkah
ke dapur.
"Udah
nggak usah di cuci, nanti ibu aja," ucap ibu, yang juga merapikan meja
makan. Mila kembali dari dapur, lantas menarik kopernya, melangkah ke depan
rumah. Duduk di teras sejenak sambil bola mata Mila menelusuri pemandangan di
jalan depan rumahnya yang ramai.
"Tumben
sih Bu, rame amat, ada apa?" kata Mila saat ibu datang dari dalam.
"Kan Pak Hadi lagi hajatan, nikahnya Sari," jelas ibu yang telah
duduk di samping Mila. "Oh ya, Mila lupa," ucap Mila sambil menatap
ponselnya, melihat keberadaan ojek yang dia pesan.
"Dua
menit lagi Bu," kata Mila. "Mila pamit ya Bu, nanti kalau kondangan
salam untuk Sari," Mila berdiri, melangkah mendekat ke ibu. "Iya, kan
kemarin kamu sudah ketemu Sari," ibu berdiri, memeluk putrinya.
"Udah, Mila dah kondangan duluan," Mila mencium ibu, manja,
tersenyum. Ibu memberi kehangatan kasih sayang dengan mengusap kepala Mila,
mencubit pipi Mila.
"Hati-hati
di jalan," ucap ibu. Mila mengangguk. "Sampaikan salam untuk orang
tua Zalfa dan berikan kue itu untuk keluarga mereka," sambung ibu,
merangkul bahu Mila, melangkah bersisian menuju ke jalan depan rumah. Sebuah
sepeda motor berhenti, Mila langsung bertanya, "Atas nama Kamila,"
sang pengemudi menjawab, "Iya dengan Mba Kamila." Mila sekali lagi
memeluk ibu berpamitan. "Mila jalan ya Bu," ucapnya dalam pelukan
ibu. Ibu mencium Mila, lantas Mila naik ke motor, meninggalkan ibu, melaju ke
rumah Lisa.
Bersambung……
Posting Komentar