Sebuah keinginan yang salah
Derap
sang waktu terus bergulir, 20 tahun berlalu namun cinta ini masih terjaga rapi.
Kehidupan
kita telah berbeda; keluarga bahagia tentulah itu yang sekarang dimiliki.
Cinta
pertama begitu berkesan, hingga siluet dirimu menjadi monster bahagia pengisi
mimpi indahku.
Walau
hanya bayangan dalam angan, jujur aku selalu menanti kehadiranmu, melepas rindu
yang mengebu.
Ku
kumpulkan keberanian mencari tapak keberadaanmu saat ini.
Upaya
berbuah hasil, kita bisa berjumpa, meski hanya dalam dunia maya, tapi itu cukup
membuatku bahagia.
Perang
kata membius kalbu, menginspirasi diri mencari celah tuk bertemu.
Akal
sehat menampar kesadaran, bila semua itu tak akan mungkin, karena kini ada
jurang pemisah membuat banyak perbedaan antara kita.
Aku
tahu aku salah, namun kerinduan ini telah memuncak, menyelimuti harapan ingin
berjumpa, meski sesaat.
Laksana
gayung bersambut, mengapa kau tanggapi pesanku dalam nada kerinduan yang sama,
dan apakah kau juga merindukan aku?
Benih
cinta lama tumbuh melesat, meroket menembus harapan tak terkendali, tapi aku
tak ingin tersesat.
Dilema
kacau, manakah yang harus ku pilih, melepas rindu ini atau tetap membiarkan
hanya dalam sebuah keinginan untuk bertemu.
Oh
cinta...
Derita
ini, sampai kapan ku rasa, dan apakah aku kuasa melawannya?
Ataukah
aku harus mengikuti hasrat kerinduan yang salah, namun sangat menggoda hati
untuk mewujudkannya.
Hai
sang waktu...
Terbangkan
cinta terlarang ini, hingga aku bisa menikmati kebahagiaan dengan keluarga
kecilku yang sesungguhnya.
Singkirkan
racun kerinduan yang tak pada tempatnya, biarkan aku menikmati kedamaian sejati
dengan kehidupan sebenarnya yang harus ku jalani.
Posting Komentar