Menelusuri lorong waktu
Fajar
menyingsing di ufuk timur, indah memberi berkah,
Kicauan
burung bersahutan, hilir mudik bersanding arakan awan dalam permadani
cakrawala.
Aktivitas
kehidupan mulai dijalani, segala pergerakan berlaju tuk berbagai upaya,
Persaingan
menjadi ranah yang bergejolak, tak berbuih.
Setahun
terasa sebulan, sebulan laksana sepekan, dan sepekan seperti sehari, begitu
cepat hingga sehari seolah sedetik.
Helai
demi helai lembaran kisah tergores dari perjalanan menapaki jejak waktu.
Suka
duka lara bahagia tersemat dalam senyum dan airmata yang telah membeku,
Asam
garam menjadi bumbu penyedap perjuangan mengikuti arus gelombang dunia yang
bergejolak.
Lorong
waktu membentang, menempatkan kita di detik ini,
Seberapa
pundi kesuksesan telah ditimbun dalam gudang syukur.
Berapakah
digit prestasi yang tertoleh dari potensi diri,
Masih
adakah impian yang belum tergapai dalam sisa umur.
Mengikuti
kepuasan laksana menenggak air laut,
Akan
terasa semakin dahaga, membuat luput akan perihnya pengorbanan.
Hidup
yang sesaat, apalah artinya jika tak bermanfaat,
Karena
lorong waktu sesungguhnya akan berujung kematian yang tak mungkin terelakkan.