Cincin bermata tiga bagian 4
Gadis
berzodiak Virgo ini baru saja sampai di depan sebuah rumah minimalis bercat
dinding putih. Lia segera memarkirkan Honda Varionya di halaman. Setelahnya,
Lia segera melangkah masuk ke rumah, langkahnya tertahan ketika terdengar
sebuah mobil berhenti di depan rumah. Lia membalikan badan melihat siapa yang
datang.
“Eh,
Bule Arya,” sorak Lia ketika mengetahui bahwa mobil CRV abu-abu itu adalah
milik adik kandung papanya.
Seorang
wanita berkerudung putih turun dari mobil dan melangkah menuju halaman rumah
diikuti seorang laki-laki. Lia segera melangkah mendekat lalu langsung mencium
tangan bulenya.
“Eh,
cantik, kamu baru pulang juga ya?” kata Arya menepuk bahu Lia. Lia tersenyum
mengangguk lantas kembali mencium tangan Om Anto yang merupakan suami Arya.
“Masuk
yuk, Bule,” ajak Lia sambil melangkah masuk.
“Jadi,
Bule Ririn bukan adik kandung papa ya?” kata Lia di tengah-tengah obrolannya
bersama Bu Ratmi serta Bule Arya dan Om Anton.
“Iya,”
singkat Arya menjawab dengan desahan nafas. Lia diam memandangi satu persatu
orang di sekitarnya. Bu Ratmi tersenyum dan menjelaskan permasalahan
sesungguhnya bahwa Ririn ditemukan di tempat sampah di samping rumah orang tua
Pak Setiawan, sudah nyaris tak bernyawa namun kesigapan keluarga Pak Gatot,
kakek Lia, nyawa Ririn dapat diselamatkan dan diangkat anak secara hukum.
“Trus,
kenapa Bule Ririn jahat gitu sih, Ma?” tanya Lia yang masih belum bisa
melupakan masalah cincin bermata tiga. Bu Ratmi tersenyum menepuk paha anak
gadisnya.
“Ririn
itu tidak suka sama papa kamu,” jawab Anto sekenanya. Lia sontak menoleh ke
Anto memasang muka kecut.
“Dia
iri dari hasil pembagian warisan rumah Uti,” Arya yang menimpali.
“Yah,
tapi kenapa waktu ngasih cincin itu dia bilang Lia enggak usah kasih tahu Bule
Asih dan Bule Tari, mereka kan enggak ada hubungannya dengan keluarga papa,”
Lia mengajukan kebingungannya.
“Ah,
itu kan cuma akal-akalan dia aja,” jawab Anto yang disertai tawa kecil.
“Aneh,”
gerutu Lia manyun.
“Kak
Lia dipanggil Mama sama Papa,” kata Amara ketika masuk ke kamar Lia yang sedang
asyik membaca novel. Lia segera menutup novel lumpu dari Tere Liye dan langsung
melangkah menuju ruang keluarga. Di sana Bu Ratmi dan Pak Setiawan sedang
serius berbicara. Lia langsung duduk di samping Pak Setiawan.
“Kenapa,
Pa?” tanya Lia menoleh ke ayah kandungnya.
“Sifa
juga dapat cincin dari Bule Ririn,” jawab Pak Setiawan. Lia melotot ke Pak
Setiawan, dia kaget mendengar jawaban papanya.
“Trus
gimana, Pa?” tanya Lia lagi.
“Beruntung
Sifa tidak pakai cincin itu, maksudnya abis dikasih sama Bule Ririn, dia
langsung membukanya dan disimpan di lemari,” jelas Pak Setiawan. “Ini Mama sama
Papa lagi nunggu Bule Arya dan Om Anton,” Bu berkata. “Lah, kemarin Bule Arya
enggak cerita apa-apa,” ucap Lia yang merasa aneh karena kan kemarin tantenya
sudah datang ke rumah menengok Mamanya tapi tidak bercerita bahwa Sifa anak
mereka juga kasih cincin sama Bule Ririn. Bu Ratmi yang mengerti apa yang Lia
pikirkan menjelaskan.
“Sifa
tidak pernah cerita ke bundanya, nah waktu Bule Arya merapikan lemari Sifa, dia
nemuin cincin itu tergeletak di bawah tumpukan baju dan langsung kepikiran sama
cincin bermata tiga,” jelas Bu Ratmi mendesah menarik nafas.
“Baru
deh Sifa ingat bahwa dia dikasih cincin itu sama Bule Ririn, makanya Bule Arya
sama Om Anton mau kesini,” sambung Bu Ratmi.
Lia
diam, di benaknya muncul berbagai pikiran yang membuat dia resah. “Aneh,”
gumaman Lia terdengar ketus yang disambut lirikan dari kedua orang tuanya.
Posting Komentar