Aku Dalam Kesia-siaan

Table of Contents

Puisi ini lahir tuk menguatkan  hati dalam pola pikir tentang sebuah keyakinan yang harus selalu ada dalam diri.

 

 

 

Perih memang luka ini bila terus aku keluhkan, namun  ego ini mengapa terus mengebu hingga  kerap kali penyesalan  yang membuat aku jauh lebih terpuruk.

aku  sadar  di setiap detik yang dilalui adalah ujian yang harus selalu kita selesaikan, namun mengapa godaan itu mematik emosi membangunkan lagi  egois hingga dendam selalu terdersit dalam pikiran.

Aku tahu    masalah itu datang karena kita yang  mendatangkan persoalan baru, namun  mengapa rasa ini tak bisa sirna kala desiran duka melambai.

 

 

Inikah fitrah  nafsu manusia. Ataukah ini adalah jebakan agar kesesatan yang akan menguburkan diri dalam jurang kehancuran.

Lantas dimanakah kebenaran itu kan  menjadi  secercah bahagia yang akan membimbing hati.

Lalu apakah ada  setitik embun yang kan membasuh keringnya pemahaman.

 

 

TUHAN.....

Ya hanya nama ini yang ku  yakini pasti ada.

Inilah modal  dasarku  merangkak mesti tertatih aku harus  menggapai tangan NYA.

 

 

YA  ALLAH.....

Bersimpuh  aku  mengakui semua dosa yang telah kuperbuat.

Sujudku memohon dengan segenap  keyakinan agar KAU basuh aku dalam kasih sayang MU.

Linangan airmata ini murni karena pengakuan taubatku, dalam panjatan do’a  ku selalu meminta rangkulan MU agar aku tegar tuk selalu  bersyukur.

 

 

YA ROBBI.....

Kehendak MU  tlah KAU tetapkan,namun ijinkan aku meminta sentuhan petunjuk MU agar aku senantiasa berada dalam ridho MU.

Dalam keterbatasanku ku serahkan lemahnya hati ini dan kuatkan lagi pola pikirku agar aku bisa melawan hasrat dan nafsu yang salah.

 

 

Kini ku mencoba menyatukan kalimat  indah di  setiap  helaan  nafasku bila  KAU selalu  bersamaku.

Tak  ada harapan yang jauh lebih nyata selain sepenuh  jiwa ketika  pengharapan itu  hanya tertuju pada MU ILLAHI ROBBI.

Tak ada yang lebih  nikmat ketika sebuah rejeki itu datang bila pola pikir itu masih terselip keluhan

Tak ada yang lebih membahagiakan hati bila masih menganggap diri sendrilah yang paling terpuruk.

Ya semua itu berbalik pada diri sendiri,bila  ingin bahagia,bila mau senang, bila menginginkan kedamaian ,bila mau merasakan kenikmatan yang  sesungguhnya maka  ingatlah selalu akan masa tersulit.

Apakah   kau mau seperti itu terus,ataukah kau tak ingin merasakan sejuknya udara di punvcak kebahagiaan, ataukah kau tak ingin menjemput surgamu.

 

 

Berjuta bisikan perang dalam pikiranku,ajakan itu menempatkan aku di ujung persimpangan.

Lagi-lagi bilakuasa TUHAN takan tersaingi maka jalan untuk kembali menjemput hidayah itu selalu terbentang.

 

“Hasbunallah wa ni'mal wakil ni'ma mawla wani'mannashir...cukuplah bagi kami Allah, sebaik baik Pelindung dan sebaik baik Penolong”.

 

 

Maha benar ENGKAU,YA ALLAH  dengan segala firman MU.

Dan ku  bersaksi bahwa   tiada TUHAN selain hanya ENGKAU YA ALLAH.

Berjuta permohonan tersebar dari seluruh do’aku pada MU hingga syukurku adalah  bukti terima kasih aku tuk semua yang KAU curahkan untuku.

 

 


Rina Indrawati
Rina Indrawati Rina Indrawati, seorang ibu rumah tangga yang menjadikan menulis sebagai terapi jiwa. Ada kebahagiaan tak terhingga yang dirasakannya setiap kali berhasil merangkai kata menjadi sebuah tulisan. Kebahagiaan itu pula yang mengantarkannya melahirkan dua buku solo: Rajutan Awan (2021) dan novel fiksi Rana Jelita (2024). Pengalamannya juga diperkaya dengan keikutsertaan dalam berbagai event antologi. Saat ini, Rina sedang fokus mengembangkan tulisannya di situs literasi rajutanaksara.com. Ingin mengenal Rina lebih dekat? Jangan ragu untuk menghubunginya: Ponsel: 08118411692 Instagram: rinaindrawati16 TikTok: rinaindrawati6

Posting Komentar