Aku tak setegar batu karang
Puisi
ini aku buat tatkala kesedihan sedang kurasakan, bagaimana tidak, masalah silih
berganti dan aku harus tetap tegar menjalaninya.
Senyum
itu terbalut luka hingga terlihat semu belaka.
Raut
kusam terpancar dari air muka yang kelam oleh lara.
Isak
tak bersuara itu terdengar dalam lantunan yang menyayat di kesunyian.
Air
mata telah mengering, hanya bercaknya yang menyelimuti paras kekecewaan.
Untuk
apa memamerkan duka ini, apakah luka kan pergi bila seisi dunia mengetahuinya.
Buat
apa aku mempertontonkan deritaku, apakah kau akan membasuh piluku.
Tidak,
tidak, tidak, dan takan aku menunjukkan betapa perihnya luka yang tersemat
dalam senyumku.
Tiada
akan pernah aku membuka topeng penutup lara ini, meski kau berjanji kan
membantuku.
Jiwaku
yang rapuh.
Kalbuku
yang kosong.
Namun
aku hanya bersandar pada keyakinanku pada Illahi Robbi.
Akan
kugantungkan segala asaku padamu, Tuhan semesta alam, dan satu janjiku. Aku
takan berpaling dari-MU.
Meski
aku tak setegar batu karang.
Walau
aku tak seperkasa kesatria.
Biar
aku tertatih terseok dalam kubang derita.
Keyakinanku
padaMU, Ya Allah, kan menjadi pondasiku tuk bertahan.
Hanya
Kau yang paling mengerti diriku.
Cuma
Engkau yang selalu ada untukku.
Dan
hanya Engkau-lah, Ya Allah, ku kembalikan segalanya.
Karena
surga adalah hadiah yang ku minta dari-MU.
Posting Komentar