Sebatang pena yang ingin berkarya
Puisi ini
kuhadiahkan untuk sesorang yang
trus gigih berjuang di tengah
keterbatasan fisiknya. Semoga magic dari
goresan pemikiranku kan membakar adrenaline dia tuk selalu mengukir karya.
Sebatang
pena diam tak bergerak, dia mencoba mengeliat di tengah keterbatasannya.
Bola
mata terus bergerak menoleh ke segala penjuru yang masih sanggup
dijangkau.
Hilir
mudik orang yang bertebaran melewatinya namun tak seorang pun sudi
menghampirinya.
Jangankan
untuk mendekati dia yang tergolek tanpa daya, untuk melirik keberadaannya pun
hanya dianggap sampah belaka.
Sang
pena meneteskan airmata, bulirannya membasahi tubuh yang rapuh.
Secercah
kekuatan mengusik hatinya untuk berkarya meski pertentangan batin kian
menggaruk keyakinan.
Tekad
membulat dikala hempasan embun menerpa kesadaran yang menopang tubuh untuk
bergerak walau tertatih.
Magic
itu mengikis keraguan hingga kerapuhan berganti jubah kepastian.
Sang
pena terus menggoreskan aksara merajut kata merangkai kalimat.
Sebait
puisi cerminan rasa melambungkan harapan dalam gapai impian.
Liku-liku
lorong waktu menempatkan sang pena dalam perjuangan yang kian meroket.
Arang
lintang mampu dia tebas dengan senjata keyakinan penuh doa dalam
kepasrahan.
Kini
bukan hanya seorang yang menganggapnya ada, seluruh dunia pun telah berdecak
kagum dari buah prestasi.
Mendulang
penghargaan terus tergores dari potensi yang kian terasah.
Bersimpuh
dalam syukur pada Sang Kuasa tanda terima kasih.
Pena
yang rapuh kini telah menjelma menjadi pena emas yang dikagumi.