Sibuk menyiapkan lebaran, lupa menuntaskan ibadah Ramadhan

Table of Contents

 “Hei, Li, lo kemana semalam? Ditungguin kok ya enggak nongol,” omel Dafa ketika melihat Ali, temannya, datang.
Ali nyengir lalu duduk di samping Dafa.
“Sori, Fa, semalam gue nemenin emak beli kebutuhan lebaran. Emak gue itu habis ngeborong di Tanah Abang, magrib gue baru sampai di rumah,” jawab Ali.
“Lah, terus ngapa lo enggak tarawih?” kembali Dafa bertanya, sekali lagi Ali nyengir.
“Bokap minta tolong cariin tiket kereta buat pulang kampung ke Solo,” jawab Ali.
“Ah, keluarga lo tuh ya, orang lebaran aja masih lama, udah sibuk aja,” omel Dafa.
Ali menoleh memelototinya.
“Lah, Fa, keluarga gue masih mending. Tuh, lihat Bu Ipah, saban hari dia ngeborong terus ke pasar, dan dari dapurnya selalu gue endus bau wangi kue lebaran,” protes Ali.
“Lah, dia kan dagang kue, Li,” bela Dafa.
“Iya, kesibukan, jadi si Anton enggak pernah tarawih deh,” Ali mendesah.
“Iya, ya, Li. Sekarang saf di masjid makin maju ke depan, sedangkan di jalan rame banget orang jualan,” komentar Dafa.
“Apalagi di Tanah Abang, Fa, penuh berjubelan, orang-orang sibuk nyari baju baru,” tambah Ali. Dafa mengangguk-angguk.

Hai sobat, jumpa lagi! Tak terasa, sudah sepekan kita lalui dari Jum’at sebelumnya. Ramadan pun 9 hari lagi hampir usai. Semoga kita semua tetap istiqomah menjalankan ibadah di bulan mulia ini. Insya Allah, semua doa dan permohonan kita akan didengar dan dikabulkan oleh Allah. Aamiin.

Sobat!
Lumrah bagi kita sebagai manusia untuk memiliki hawa nafsu. Akibatnya, kesibukan duniawi seringkali menjadi prioritas dibandingkan ibadah. Inilah ladang bagi setan untuk terus menggoda kita.

Menurut kalian, seberapa pentingkah kita mempersiapkan hari raya dibandingkan mempersiapkan diri untuk beribadah di bulan suci ini?
Mohon maaf sebelumnya, ini memang topik yang cukup sensitif. Namun, seperti biasa, saya hanya ingin menyampaikan argumen berdasarkan pemikiran saya sendiri.

Memang, menyambut hari kemenangan itu perlu dipersiapkan. Terlebih lagi, libur panjang adalah kesempatan untuk menikmati kebersamaan dengan keluarga. Semua itu memang penting untuk dipersiapkan. Namun, jangan sampai kesibukan mempersiapkan hari raya membuat kita lalai dalam beribadah di bulan Ramadan ini. Utamakan sholat wajib, tingkatkan sholat sunah, dan jangan lupakan tilawah Al-Qur'an.

Jangan mentang-mentang sibuk menyiapkan lebaran, lalu dengan alasan klise, puasa Ramadan dikorbankan. Sayang sekali, bukan? Puasa Ramadan hanya satu bulan dalam setahun. Meski bisa diganti di bulan lain, alangkah nikmatnya menjalani ibadah yang semestinya.

Sudahlah, jangan terus mencari alasan untuk tidak beribadah. Semakin banyak alasan yang dicari, semakin jauh kita dari Allah. Nauzubillah.

Nah, sobat, ingatlah, mempersiapkan hari raya itu memang penting. Namun, ada hal yang jauh lebih penting, yaitu mengisi bulan Ramadan ini dengan ibadah yang terbaik. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW:

"Barangsiapa yang berpuasa Ramadan karena iman dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari no. 38, Muslim no. 760)

Hadits ini, sobat, seringkali menjadi pengingat bagi kita semua. Ulama menjelaskan bahwa maksud dari "karena iman dan mengharapkan pahala" adalah melakukan puasa dengan penuh keyakinan akan kebenaran ajaran Islam, serta ikhlas hanya mengharap ridha Allah SWT. Bukan sekadar ikut-ikutan atau karena paksaan.

Menurut pendapat saya pribadi, hadits ini adalah motivasi terbesar untuk kita agar tidak menyia-nyiakan kesempatan di bulan Ramadan. Pengampunan dosa adalah hadiah yang sangat besar, dan kita bisa meraihnya dengan berpuasa secara sungguh-sungguh. Oleh karena itu, mari kita semangat memperbanyak ibadah, agar Allah menggolongkan kita sebagai hamba yang bertakwa. Semoga Ramadan tahun ini menjadi Ramadan terbaik dalam hidup kita.

Akhir kata, mohon maaf lahir dan batin atas segala kekurangan dalam tulisan ini. Terima kasih atas waktu dan apresiasi Anda. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Salam silahturahmi dari kami tim raksa

Jakarta, 21 Maret 2025

Ila Liqa'

 

Rina Indrawati
Rina Indrawati Rina Indrawati, seorang ibu rumah tangga yang menjadikan menulis sebagai terapi jiwa. Ada kebahagiaan tak terhingga yang dirasakannya setiap kali berhasil merangkai kata menjadi sebuah tulisan. Kebahagiaan itu pula yang mengantarkannya melahirkan dua buku solo: Rajutan Awan (2021) dan novel fiksi Rana Jelita (2024). Pengalamannya juga diperkaya dengan keikutsertaan dalam berbagai event antologi. Saat ini, Rina sedang fokus mengembangkan tulisannya di situs literasi rajutanaksara.com. Ingin mengenal Rina lebih dekat? Jangan ragu untuk menghubunginya: Ponsel: 08118411692 Instagram: rinaindrawati16 TikTok: rinaindrawati6

Posting Komentar