Persiapan Tuk Menyambut Bulan Ramadhan

Table of Contents

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

"Wih, ganteng amat loe, Han," goda Ibnu ketika melihat Farhan, temannya, melangkah mendekat. Farhan membusungkan dada dan tersenyum bangga.
"Farhan, gitu loh..." Dia langsung duduk di samping Ibnu.
"Wangi amat loe, Han," tanya Ibnu lagi sambil mengendus-endus hidungnya, mencium aroma parfum yang menyebar dari dekat teman kecilnya itu.
"Lah, iyalah. Gue habis cukur rambut, terus beli baju koko, sama minyak wangi nih," pamer Farhan sambil memperlihatkan bungkusan yang dibawanya.
"Wih, keren amat. Emang loe mau ke mana?" tanya Ibnu penasaran. Farhan tersenyum.
"Enggak ke mana-mana," jawabnya singkat.
"Terus ngapain loe pakai cukur rambut sama beli baju plus minyak wangi segala? Katanya lagi enggak ada dolan?" protes Ibnu. Farhan tertawa kecil.
"Itu buat tarawih nanti malam, Nu. Kan kita kudu nyiapin diri, plus hati kita, untuk menyambut Ramadhan," jelas Farhan. Ibnu menatapnya seakan bertanya apa maksudnya.
"Gini loe, Nu. Loee aja kalau mau kondangan atau ke mal jalan-jalan, kan pasti selalu pakai pakaian yang bagus sama dandan sekece mungkin. Nah, masa pas mau ketemu Allah, loe pakai baju dan dandan biasa aja?" lanjut Farhan. Ibnu mengangguk-angguk.

Percakapan singkat antara Farhan dan Ibnu ini adalah gambaran sederhana tentang bagaimana kita seringkali lebih memperhatikan penampilan fisik saat hendak bertemu dengan manusia, namun kurang mempersiapkan diri secara spiritual saat hendak menghadap Allah SWT. Ramadhan adalah momen istimewa untuk merenungkan kembali prioritas kita dan memperbaiki diri.

Hai, sobat! Enggak kerasa ya, Jumat ini adalah Jumat terakhir di bulan Syakban. Itu berarti selangkah lagi kita akan memasuki bulan suci, bulan mulia, bulan yang dinanti seluruh umat muslim sedunia. Bulan Ramadhan adalah tamu agung yang kehadirannya selalu dirindukan. Di bulan ini, pintu-pintu surga dibuka lebar, pintu-pintu neraka ditutup rapat, dan setan-setan dibelenggu. Ini adalah kesempatan emas bagi kita untuk meningkatkan keimanan, memperbanyak amal saleh, dan meraih ampunan dari Allah SWT.

Insya Allah, kita semua diberi kesehatan paripurna sehingga mudah untuk menjalankan ibadah puasa beserta ibadah lainnya di bulan yang penuh berkah ini. Semoga Allah selalu menerima dan menjadikan semua perbuatan kita sebagai amal kebaikan, hingga Allah berkenan menghadiahkan surga untuk kita. Aamiin...

Marhaban ya Ramadhan.
Marhaban ya Syahru Siyam.

Sambutlah kedatangan bulan suci ini dengan segala persiapan yang terbaik. Persiapan menyambut Ramadhan bukan hanya sekadar membersihkan rumah atau menyiapkan hidangan istimewa untuk berbuka, tetapi juga mempersiapkan hati dan pikiran agar lebih khusyuk dalam beribadah. Kali ini, saya ingin menyampaikan pendapat ala saya tentang persiapan menyambut Ramadhan. Semoga Allah memudahkan semua usaha kita dalam memasuki bulan Ramadhan ini.

Mengapa Persiapan Menyambut Ramadhan Itu Penting?

Sebelum membahas lebih lanjut tentang persiapan-persiapan yang perlu dilakukan, mari kita pahami terlebih dahulu mengapa persiapan menyambut Ramadhan itu penting.

·         Memaksimalkan Ibadah: Dengan persiapan yang matang, kita dapat memaksimalkan ibadah kita di bulan Ramadhan. Kita akan lebih fokus dan khusyuk dalam menjalankan puasa, shalat tarawih, membaca Al-Qur'an, dan amalan-amalan lainnya.

·         Meningkatkan Kualitas Diri: Ramadhan adalah bulan pelatihan diri (tazkiyatun nafs). Dengan persiapan yang baik, kita dapat meningkatkan kualitas diri kita, baik secara spiritual maupun sosial. Kita dapat melatih kesabaran, kejujuran, keikhlasan, dan kepedulian terhadap sesama.

·         Meraih Ampunan: Ramadhan adalah bulan ampunan (maghfirah). Dengan persiapan yang sungguh-sungguh, kita berharap dapat meraih ampunan dari Allah SWT atas segala dosa-dosa yang telah kita lakukan.

·         Mendapatkan Keberkahan: Ramadhan adalah bulan penuh berkah (mubarak). Dengan persiapan yang tepat, kita dapat memanfaatkan setiap detik di bulan Ramadhan untuk meraih keberkahan dari Allah SWT.

Berikut adalah beberapa persiapan yang bisa kita lakukan:

1.      Datangi orang tuamu dan mohon maaf serta ridanya. Sesungguhnya, rida Allah terletak pada rida kedua orang tua kita. Barang siapa memuliakan kedua orang tua, pastilah Allah akan memuliakannya.

Hal ini sangat penting, dan ditegaskan dalam Al-Qur'an melalui firman Allah:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Wa qaḍā rabbuka allā ta'budū illā iyyāhu wa bil-wālidaini iḥsānā, immā yablughanna 'indakal-kibara aḥaduhumā au kilāhumā fa lā taqul lahumā uffin wa lā tanhar-humā wa qul lahumā qaulan karīmā.

Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al-Isra': 23)

Ayat ini bukan hanya sekadar anjuran, tapi perintah langsung dari Allah SWT. Allah memerintahkan kita untuk berbuat baik (ihsan) kepada kedua orang tua. Ihsan ini mencakup segala bentuk perbuatan baik, mulai dari perkataan yang lembut, tindakan yang sopan, hingga memenuhi kebutuhan mereka. Bahkan, ayat ini melarang kita mengucapkan kata "ah" kepada orang tua, yang menunjukkan betapa Allah sangat menjaga kehormatan dan perasaan mereka.

Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda:

رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ

Ridhallahi fi ridhal walidaini, wa sakhatullahi fi sakhatil walidaini.

Artinya: "Rida Allah terletak pada rida orang tua, dan murka Allah terletak pada murka orang tua." (HR. Tirmidzi, No. 1899)

Hadis ini menegaskan bahwa rida Allah sangat terkait dengan rida orang tua. Artinya, jika orang tua kita rida terhadap kita, maka insya Allah Allah pun akan rida. Sebaliknya, jika orang tua kita murka, maka kita perlu berhati-hati karena murka Allah pun bisa menyertai. Hadis ini menjadi motivasi bagi kita untuk selalu berusaha menyenangkan hati orang tua dan menghindari segala perbuatan yang bisa membuat mereka sedih atau marah.

Menjelang Ramadhan, luangkan waktu untuk mengunjungi orang tua, meminta maaf atas segala kesalahan yang pernah kita lakukan, dan memohon doa restu mereka. Jika orang tua kita sudah meninggal dunia, jangan lupa untuk mendoakan mereka dan bersedekah atas nama mereka. Berbakti kepada orang tua adalah salah satu kunci keberkahan dalam hidup kita, terutama di bulan Ramadhan.

Anak yang saleh dan salehah adalah salah satu goloengan yang didoakan malaikat Jibril agar Allah menerima semua amal mereka di bulan Ramadhan.

Raihlah tangan kedua orang tuamu dan peluklah mereka seraya memohon maaf serta ridanya. Jika orang tua telah berpulang, jangan lupa sertakan doa untuk mereka dan bersedekahlah atas nama mereka.

2.      Jalin silaturahmi dengan semua orang yang pernah hadir dalam hidupmu. Orang yang membuka jalinan silaturahmi, pastilah Allah akan membukakan pintu rezeki dari arah yang tak terduga.

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Man ahabba an yubsatha lahu fi rizqihi wa an yunsa'a lahu fi atharihi fal yasul rahimahu.

Artinya: "Siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi." (HR. Bukhari, No. 5985)

Hadis ini menjelaskan bahwa silaturahmi bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga memiliki dampak positif yang besar dalam kehidupan kita. Dengan menjalin silaturahmi, kita mempererat tali persaudaraan, saling membantu dan mendukung, serta membuka pintu rezeki dari arah yang tidak terduga.

Di era digital ini, menjalin silaturahmi semakin mudah. Kita bisa memanfaatkan media sosial, aplikasi pesan instan, atau panggilan video untuk menghubungi teman, saudara, atau kolega yang sudah lama tidak kita jumpai. Jangan ragu untuk menyapa, bertanya kabar, atau sekadar mengirimkan ucapan selamat menyambut Ramadhan.

Selain itu, kita juga bisa mengunjungi tetangga, teman, atau saudara yang sedang sakit, mengalami kesulitan, atau membutuhkan bantuan. Menunjukkan perhatian dan kepedulian kepada sesama adalah salah satu bentuk silaturahmi yang sangat dianjurkan.

Jarak bukanlah penghalang di era gloebalisasi ini. Kecanggihan teknoloegi mampu mempermudah kita untuk bersilaturahmi. Meski tak bertatap muka, setidaknya niat untuk bersilaturahmi itu sudah kita ungkapkan dalam berkomunikasi, baik berupa tulisan, rekaman suara, ataupun melalui telepon.

3.      Mohon maaf dan maafkanlah.

Ketika kita berkomunikasi dalam membuka jalinan silaturahmi, upayakan juga sertakan permohonan maaf, dan bukalah hati untuk memaafkan orang lain. Bersihkan hati dari segala keburukan.

Imam Syafi'i pernah berkata:

"التَّغَافُلُ خَيْرٌ مِنَ الوُقُوفِ عَلَى المَسَاوِئِ"

At-taghafulu khairun minal wuqufi 'alal masawi'

Artinya: "Berpura-pura tidak tahu lebih baik daripada mencari-cari kesalahan." (Manaqib asy-Syafi'i oleh al-Baihaqi, juz 1, hal. 408)

Kata-kata Imam Syafi'i ini mengingatkan kita bahwa sikap pemaaf dan tidak terlalu fokus pada kesalahan orang lain adalah lebih baik. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam tentang pentingnya menjaga hubungan baik dan menghindari perpecahan.

Menjelang Ramadhan, mari kita introspeksi diri dan mengakui segala kesalahan yang pernah kita lakukan, baik disengaja maupun tidak. Kemudian, dengan tulus, mohon maaf kepada orang-orang yang pernah kita sakiti, kecewakan, atau rugikan.

Selain itu, bukalah hati untuk memaafkan orang lain yang pernah berbuat salah kepada kita. Hilangkan segala dendam, amarah, atau sakit hati yang masih tersimpan di dalam diri kita. Memaafkan adalah tindakan mulia yang dapat membersihkan hati dan mendatangkan ketenangan jiwa.

Jadi, mari maafkanlah orang-orang yang telah menyakiti kita, ikhlaslah, karena istana dari emas di surga akan menjadi hadiah untuk hamba yang pemaaf.

4.      Persiapkan diri secara fisik dan spiritual.

Persiapan Ramadhan tidak hanya terbatas pada aspek sosial, tetapi juga mencakup persiapan fisik dan spiritual.

o    Persiapan Fisik: Jaga kesehatan dengan berolahraga secara teratur, mengonsumsi makanan bergizi, dan istirahat yang cukup. Jika memiliki penyakit tertentu, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan saran yang tepat dalam menjalankan puasa.

o    Persiapan Spiritual: Tingkatkan kualitas ibadah dengan memperbanyak shalat sunnah, membaca Al-Qur'an, berzikir, dan berdoa. Pelajari ilmu agama yang berkaitan dengan puasa dan Ramadhan agar ibadah kita semakin berkualitas.

5.      Susun Rencana Ibadah yang Terukur.

Agar ibadah kita di bulan Ramadhan lebih terarah dan maksimal, susunlah rencana ibadah yang terukur dan realistis. Misalnya, targetkan untuk membaca Al-Qur'an satu juz setiap hari, melaksanakan shalat tarawih setiap malam, bersedekah setiap minggu, dan mengikuti kajian agama secara rutin.

Buatlah jadwal harian atau mingguan yang memuat semua kegiatan ibadah yang ingin kita lakukan. Dengan memiliki rencana yang jelas, kita akan lebih termotivasi dan disiplin dalam menjalankan ibadah.

·         Nah, seperti kata Farhan pada cerita di atas, mari persiapkan diri kita semaksimal mungkin. Jaga kesehatan dengan cara yang terbaik agar kita mudah menjalankan ibadah. Benar tuh kata Farhan, masa kalau mau kondangan apalagi jalan-jalan kita memprioritaskan penampilan, tapi kalau mau ketemu Allah, kok, ya, biasa aja.

Mari ubah kebiasaan ini. Untuk duniawi saja kita bisa tampil keren, masa pas ketemu Allah, kok, yah, kumal?

Nah, sobat! Berbahagialah dan bersyukurlah bila Allah masih memberi izin pada diri kita untuk bisa melewati Ramadhan tahun ini. Jadi, jangan sia-siakan kesempatan ini. Persiapkan diri semaksimal mungkin dalam menjalankan ibadah di bulan mulia ini. Dengan persiapan yang matang dan niat yang tulus, insya Allah kita akan menjadi hamba yang bertaqwa dan meraih keberkahan di bulan Ramadhan.

Salam silaturahmi dari kami, tim Raksa.

Terima kasih dan mohon maaf lahir batin.
Ila liqa'.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 28 Februari 2025

 

 

Rina Indrawati
Rina Indrawati Rina Indrawati, seorang ibu rumah tangga yang menjadikan menulis sebagai terapi jiwa. Ada kebahagiaan tak terhingga yang dirasakannya setiap kali berhasil merangkai kata menjadi sebuah tulisan. Kebahagiaan itu pula yang mengantarkannya melahirkan dua buku solo: Rajutan Awan (2021) dan novel fiksi Rana Jelita (2024). Pengalamannya juga diperkaya dengan keikutsertaan dalam berbagai event antologi. Saat ini, Rina sedang fokus mengembangkan tulisannya di situs literasi rajutanaksara.com. Ingin mengenal Rina lebih dekat? Jangan ragu untuk menghubunginya: Ponsel: 08118411692 Instagram: rinaindrawati16 TikTok: rinaindrawati6

Posting Komentar